Hai, good people!!!
Kali ini aku mau recommend buku yang menarik untuk loe baca. Eh aku mau coba pakai kata ganti aku jadi gue, kalian jadi loe nih. Aku tempted banget mau pake loe-gue di tulisan ini hahaha.
So, gue mau cerita buku genre dystopian, yang gue suka sejak pertama baca buku genre itu tanpa tau kalau yang gue baca itu genrenya dystopia. Nah, kebanyakan pasti pecinta fiksi sudah pernah denger judul-judul buku yang populer kayak Hunger Games, Divergent, The Maze Runner, The Host, dll. Tentu saja beserta sequel-sequelnya. Kalau gitu gue bukan lagi recommend karena udah loe baca semua. Tapi gue juga mau cerita kenapa gue suka banget genre dystopian dibanding genre lainnya. Number one is dystopian, two is romance of course (kadang romance jadi no.1). Gue gak murni dystopia mulu sih, Cuma mix antara romance dan scifi dan dystopia juga jadi favorite most of all.
Sebenernya genre dystopian itu apa sih? Dystopian menurut pengertian yang gue simpulkan adalah salah satu tema dalam fiksi yang menceritakan dunia manusia dengan sistem yang menurut gue jauh dari imajinasi abad ini. Bisa jadi futuristik banget. Sistem yang gue maksud seperti sistem pemerintahan, kehidupan manusia yang terlalu diatur oleh penguasa tunggal jadi kesannya diktator dan malahan sistem itu bikin nature manusia kacau balau. Karena ya kehidupan manusia dirancang sempurna tapi justru menjadikan perbedaan sosial berubah jadi penyakit sosial yang sebenarnya bukan ancaman, dan muncul disintegritas.
Take a sample, Divergent Trilogy, gue suka nih. Emang populer ngetssss bagi pecinta novel young-adult. Di dunia Tris (tokoh utama Divergent) ada sistem sosial yang mengklasifikasikan manusia berdasarkan kepribadian, disebut fraksi atau fraction. Lima fraksi kalo gak salah dan kalo loe gue gak masuk salah satu fraksi itu, yakin hidup loe sengsara karena tidak dianggap dari bagian sistem itu. Hal itulah yang buat Tris bingung awalnya kalau ternyata dirinya bukanlah bagian dari satu fraksi, tapi tiga dan istilah divergent melekat di dirinya (istilah ini tabu di dunianya itu guys). Karena tidak sesuai yang diharapkan sistem masyarakat akhirnya konflik dimulai, perbedaan bisa jadi ancaman bagi pemerintahan maka perlu dibasmi. Akibatnya ada golongan diluar sana yang tidak setuju dengan pembagian sistem seperti itu, muncul pemberontakan yang sebenarnya sudah ada sejak awal sejarah dunia fraksi dibentuk. The rest baca novelnya yah. Seru abis.
Ada istilah yang berlawanan dengan dystopia yaitu utopian atau utopia. Artinya menurut KKBI yaitu sistem politik yang sempurna yang hanya dalam bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan: kita tidak menghendaki—. Nah, sependek gue tau utopia itu emang berlawanan sama dystopia secara dys— artinya tidak, dystopia berarti tidak sempurna. Kalau utopia sistem yang sempurna sampai hanya khayalan belaka. Maka menurut gue istilah ini jarang gue temuin di genre buku, gue cuma tau kalau kedua kata itu berlawanan.
Buku genre dystopia yang pernah gue baca dan paling berkesan menurut gue, menurut loe juga barangkali (seingat gue juga)
The Hunger Games trilogy by Suzanne Collins
Divergent and its sequel by Veronia Roth
The Maze Runner by James Dashner
The Host by Stepenie Meyer
Shatter Me and its sequel by Tahereh Mafi
1984 by George Orwel
Matched and its sequel by Ally Condie
Never Let Me Go by Kazuo Ishiguro (ini masuk reading list,coz filmya udah nonton)
Etc
Sebenernya gue hampir naruh judul yang genrenya scifi sama fantasy, sama-sama seru ceritanya dan ada bumbu-bumbu cinta dong tentunya. Kalau dalam negeri sendiri genre dystopia jujur gue gak nemuin atau males cari. Why? I don’t know, gue tiba-tiba aja suka konsep dystopia tapi gak ngarep jadi kenyataan juga sih. You know when you love for no reason and keep loving it. Tapi ada alasan yang gue bisa gali kenapa gue suka genre dystopia.
Why I love dystopian genre? So muchhhh
Pertama tau dystopia gue gak tau tepatnya namun sejak baca novel semakin banyak genre semakin luas dan nemu nih genre bikin addicted. Kenapa suka? Kalo gue jawab karna suka aja gak bakalan menarik dong jawabanya. Apalagi jawabnya udah takdir. Semua ujian gue lulus 100%. Maksud gue alasan disini yang bikin gue curious awalnya, related sama kehidupan dan trigger me banget konfliknya, agak berlebihan sih gue, ya emang kalo suka beginian jadinya, suka memuja-muja gitu. Loe suka sama orang mau seburuk apapun ya tetep loe puja juga.
1. Penuh sistem yang berbeda banget dari dunia yang loe dan gue tempatin detik ini. Cerita di dystopian genre emang sistem sosial politiknya terlihat perfect but beneath all of it lay the imperfect. Hal ini yang menurut gue ketidaksempurnaan dijadikan kambing hitam, kesalahan sistem jadi ancaman. Gue greget aja kenapa beda dan nglanggar aturan yang sebenernya itu alami. (Wait, jangan kaitkan sama nglanggar uud ya, konteksnya beda. Koruptor udah jelas salah secara hukum apalagi moral.) Di dunia kehidupan loe harus strict sesuai apa yang penguasa tentuin. Rata-rata sih hampir semuanya deh, dystopian story has begin from ordinary system llike us now to extraordinary caused by war or revolution. Jadi emang awalnya gak ada sistem sosial yang khusus, karena perang dan revolusi menyebabkan pendukung pihak yang ingin mengubah sistem hidup manusia agar lebih baik, namun kebablasen menurut gue dan jadi chaos akhirnya.
2. Trust issue di setiap tokoh menjadi salah satu alasan gue tertarik ke dalamya. Sedikit curhat, gue punya yang namanya trust issue jadi related sama gue. Loe punya kan trust issue mesti gak sering. Nah, di dunia dystopia tiap tokoh pasti mengalami konflik batin harus percaya pada pihak mana, dan mempercayai berarti menyerahkan hidup loe. Bedanya trust isuue in real life, di cerita fiksi ini yaa pasti lebih ekstrim levelnya. Loe mau nurut pemerintahan yang menurut loe gak adil, loe disebut pemberontak. Loe udah gak dipercaya society lagi dan saat di kelompok atau orang yang baru loe temui pun, harus mikir banget apakah bisa dipercaya atau malah musuh dalam selimut. Yaa walaupun sebenernya percaya orang di situasi konflik yang chaos kayak gitu bukan berati harus percaya banget sepenuhnya, seenggaknya loe gak bahayain hidup sementara waktu dan loe bisa survive.
3. Menantang imajinasi gue. Cerita yang gak biasa bikin gue kalau baca bisa bayangin hal-hal abstrak sebelumnya. Sampai ada adapatasi filmnya, nah itu, gue baru bisa liat bentuk konkritnya. Gue juga bisa mikir gimana kalau gue jadi tokoh di cerita itu yang hidup gak karuan, harus fighting, running, terus gitu sampai tamat. Capek kalo direalisasikan. Yang pasti, imajinasi gue berkembang dan teknologi canggih melampaui dari jaman sekarang udah ada meskipun mirip-miriplah. Kalau scifi gue udah gak kaget riset dan teknologinya emang disetting bener bener jauh masa depan dan amazing.
Alasan dari semua alasan dan penutup yang bisa merangkum kenapa gue suka banget genre dystopian ya karena ada moral value, social value, dan lainnya. Coba loe ambil hikmahnya dari setiap novel yang loe baca, pandangan loe terbuka dan bisa loe bandingin sama real life loe pasti related. Jelas kan novel juga cerita kehidupan pada dasarnya.
Akhir kata, semoga menginspirasi! Good story for good people!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar